Jenguk Korban Ledakan SMAN 72 Kelapa Gading di Rumah Sakit, Kapolri Ungkap 29 Korban Masih Dirawat Intensif

Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo bersama sejumlah pejabat utama Mabes Polri menjenguk korban ledakan SMAN 72 Jakarta di Rumah Sakit Islam Cempaka Putih pada Sabtu (8/11). Usai menemui para korban dan keluarga, Jenderal Sigit memberikan informasi mengenai perkembangan penanganan insiden tersebut. Dia menyampaikan bahwa saat ini masih ada 29 korban yang menjalani perawatan.
”Alhamdulillah dari jumlah awal 96 (korban) pasca kejadian, saat ini yang masih dirawat di Rumah Sakit Islam Cempaka Putih ada kurang lebih 14, kemudian di Rumah Sakit Yarsi ada 14, dan 1 lagi di Rumah Sakit Pertamina. Sehingga total yang masih dirawat ada kurang lebih 29 korban,” kata Sigit kepada awak media.
Puluhan korban lain yang sempat dievakuasi ke beberapa rumah sakit sudah diizinkan pulang sejak kemarin. Sebagian besar di antara mereka mengalami luka ringan dengan keluhan paling banyak adalah gangguan pendengaran. Sementara 29 korban yang masih dirawat, lanjut dia, memang masih butuh penanganan intensif dari petugas di rumah sakit. Bahkan ada 2 pasien di Rumah Sakit Islam Cempaka Putih masih berada di ICU.
”Karena memang perlu ada penanganan khusus,” ucap orang nomor satu di Korps Bhayangkara tersebut.
Khusus korban dan keluarga korban yang mengalami trauma, Sigit mengungkapkan bahwa pihaknya sudah mengerahkan tim untuk melakukan trauma healing. Dia menyebut, polisi bekerja sama dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dalam melakukan trauma healing. Dia memastikan, seluruh korban dan keluarga korban mendapatkan pelayanan terbaik selama proses pemulihan pasca insiden ledakan kemarin siang.
Berkaitan dengan penanganan kasus, Sigit menyatakan bahwa pihaknya masih melakukan sejumlah pendalaman. Aparat kepolisian dari Polda Metro Jaya terus bekerja untuk mengumpulkan data, informasi, dan barang bukti yang lengkap. Sehingga kasus tersebut dapat diungkap dan keterangan resmi kepada masyarakat bisa disampaikan utuh.
”Beberapa bukti pendukung yang tentunya ini kami kumpulkan, ada tulisan, kemudian ada barang bukti serbuk yang diperkirakan bisa menimbulkan potensi terjadinya ledakan. Catatan-catatan lain, kami kumpulkan. Termasuk juga kami melakukan pemeriksaan terhadap media sosial, lingkungan keluarga untuk mengumpulkan semuanya,” jelasnya.
